Penemuan dari dua campuran yang kompleks mengisyaratkan keaneka-ragaman bahan kimia yang bersembunyi di angkasa.
Suatu team riset internasional melakukan riset mendalam terhadap suatu awan yang berupa gas berada di pusat galaksi bima sakti dan mendeteksi adanya etil formate dan n-propyl sianida, dua di antara molekul organik paling kompleks yang pernah di amati di sistem luar matahari. Berdasarkan model komputer dan bukti spectroscopic bagaimana molekul dibentuk, ilmuwan percaya bahwa molekul dengan bahan kimia yang lebih kompleksitas lagi sedang menanti untuk ditemukan di angkasa.
Salah satu dari molekul itu adalah glycine, asam amino yang paling sederhana, yang terhindar dari pendeteksian sampai sekarang. Glycine adalah dua campuran yang memiliki ukuran dan kompleksitas yang sama dan kehadiran nya akan membantu memperkuat kecurigaan bahwa ilmu kimia prebiotik ada di sistem luar matahari kita.
Robin T. Garrod salah seorang anggota riset adalah seorang ahli astrokimia di Cornell University, mengumumkan penemuan pada 21 April 2009 pada waktu European Week of Astronomy & Space Science di University of Hertfordshire, di Inggris.
Ulasan penemuan ahli Astrokimia Steven B.B. Charnley dari NASA’s Goddard Space Flight Center, di Greenbelt, Md., seperti yang dikatakan C&EN yang mendeteksi campuran ini membantu melepaskan cahaya baru dan bagaimana molekul yang kompleks dibentuk di angkasa dan ” dorongan untuk masa depan terhadap pencarian asam amino yang lebih tinggi, seperti halnya untuk nucleobases dan tanda heterocyclic mereka.”
Peneliti menggunakan spektroskopi millimeter gelombang panjang untuk mempelajari suatu awan tebal dari gas dan partikel debu yang dingin di daerah formasi bintang Sagittarius B2. Tempat ini di alam semesta telah menjadi suatu harta terpendam yang banyak terdapat molekul organic kecil yang berbeda jenis. Meskipun demikian, mendeteksi etil formate dan n-propyl sianida sulit untuk ilmuwan sebab 36 garis spektrum mereka untuk dua campuran overlap dengan 3700 garis spektrum dari molekul banyak dideteksi orang.
Tuesday, June 9, 2009
Prediksi kegunaan baru dari obat lama berdasarkan efek samping mereka
Pada tanggal 11 Juli 2008, Peneliti dari Laboratorium Biologi Molekuler Eropa (EMBL) melaporkan, bahwa mereka telah menemukan cara baru untuk menggunakan efek samping obat yang tidak diinginkan. Mereka mengembangkan teknik komputasi yang membandingkan seberapa mirip efek samping dari berbagai macam obat, dan memprediksi seberapa mirip aksi obat tersebut dalam mentargetkan molekul yang sama. Kajian ini, yang telah dipublikasikan pada jurnal Science, menunjukkan penggunaan baru dari obat yang ada di pasaran.
Obat yang serupa, sering kali memiliki target protein yang serupa juga. Mereka juga memiliki modus aksi dan efek samping buruk yang mirip. Tim peneliti EMBL telah mengembangkan alat komputasi yang membandingkan efek samping tersebut, untuk menguji apakah mereka dapat memprediksi target umum dari obat.
Pendekatan ini akan terbukti berguna untuk obat yang secara kimia berbeda, yang digunakan untuk berbagai area terapetik.
Sebagai contoh, obat yang dipasarkan sebagai Viagra pada awalnya digunakan untuk menangani Angina. Dengan mengaplikasikan metode baru tersebut pada 746 obat di pasaran, peneliti telah menemukan 261 obat yang berbeda, yang mekanismenya sudah diketahui, namun mengikat pada target molekuler yang tidak diinginkan. 20 dari obat ini kemudian diuji secara eksperimen, dan 13 dari mereka menunjukkan pengikatan pada target yang diprediksi memiliki efek samping serupa. Dengan menguji 9 dari mereka lebih jauh di esei sel, mereka semua menunjukkan aktivitas dan efek yang diinginkan pada sel, dengan interaksi pada target protein yang baru ditemukan.
Hasil tersebut mengungkapkan, bahwa efek samping dapat membantu untuk menemukan interaksi obat-target yang baru dan relevan, yang bisa dikembangkan untuk terapi baru. Obat penguat otak Donepezil, sebagai contoh, memiliki target yang serupa dengan obat anti depresi, Venlafaxine. Keunggulan utama dari obat yang ada dipasaran, adalah mereka telah diuji secara klinis dan terbukti aman pada pasien. Obat baru dapat dicek secara rutin pada komputer untuk target tersembunyi tambahan, dan penggunaan potensial di berbagai area terapetik.
By : Lia Herawati
Obat yang serupa, sering kali memiliki target protein yang serupa juga. Mereka juga memiliki modus aksi dan efek samping buruk yang mirip. Tim peneliti EMBL telah mengembangkan alat komputasi yang membandingkan efek samping tersebut, untuk menguji apakah mereka dapat memprediksi target umum dari obat.
Pendekatan ini akan terbukti berguna untuk obat yang secara kimia berbeda, yang digunakan untuk berbagai area terapetik.
Sebagai contoh, obat yang dipasarkan sebagai Viagra pada awalnya digunakan untuk menangani Angina. Dengan mengaplikasikan metode baru tersebut pada 746 obat di pasaran, peneliti telah menemukan 261 obat yang berbeda, yang mekanismenya sudah diketahui, namun mengikat pada target molekuler yang tidak diinginkan. 20 dari obat ini kemudian diuji secara eksperimen, dan 13 dari mereka menunjukkan pengikatan pada target yang diprediksi memiliki efek samping serupa. Dengan menguji 9 dari mereka lebih jauh di esei sel, mereka semua menunjukkan aktivitas dan efek yang diinginkan pada sel, dengan interaksi pada target protein yang baru ditemukan.
Hasil tersebut mengungkapkan, bahwa efek samping dapat membantu untuk menemukan interaksi obat-target yang baru dan relevan, yang bisa dikembangkan untuk terapi baru. Obat penguat otak Donepezil, sebagai contoh, memiliki target yang serupa dengan obat anti depresi, Venlafaxine. Keunggulan utama dari obat yang ada dipasaran, adalah mereka telah diuji secara klinis dan terbukti aman pada pasien. Obat baru dapat dicek secara rutin pada komputer untuk target tersembunyi tambahan, dan penggunaan potensial di berbagai area terapetik.
By : Lia Herawati
Subscribe to:
Posts (Atom)